Rabu, 01 Januari 2014

  

Need for Speed: Rivals


Electronic Arts kembali menghadirkan seri Need for Speed untuk gamers yang menggemari balap mobil, kali ini dengan judul Need for Speed: Rivals. Apabila tahun kemarin Criterion mencoba untuk membuat Need for Speed yang memiliki citarasa Burnout, seri kali ini dikembangkan oleh studio baru EA Ghost Games -bersama bantuan Criterion- untuk memberikan pengalaman balap mobil yang lebih baik.

Polisi mengincar pembalap liar yang lewat.
Para fans tentu ingat dengan judul Need for Speed: Hot Pursuit, sebuah game dimana pemain bisa memilih untuk menjadi pembalap atau menjadi polisi. Need for Speed: Rivals mengambil elemen tersebut dan mengembangkannya menjadi sebuah game open-world online yang seru. Pemain akan bisa memilih apakah mau berkarir menjadi pembalap liar ataupun menjadi polisi yang bertugas menangkapi para pembalap tersebut.

Pilihan Speedlist untuk naik level.
Game ini memiliki sistem progresi bernama Speedlist (untuk pembalap) atau Assignments (untuk polisi) yang berupa satu set objectives untuk diselesaikan. Dengan menyelesaikan satu set objectives, maka pemain akan naik level dan meng-unlock berbagai hal baru seperti mobil ataupun tech pursuit. Objectives yang diberikan cukup variatif, ada yang disuruh mendapatkan Silver dalam satu event, menghantam
pembalap lain, menghabiskan Nitrous, dan sebagainya.
Rivals menyediakan cukup banyak pilihan mobil, mulai dari Ford, Ferrari, Lamborghini, Chevrolet sampai Porsche. Sayangnya, game ini minim mobil asal Jepang. Kustomisasi mobil agak berbeda untuk masing-masing karir. Untuk polisi, hanya bisa meng-upgrade stats mobil saja, tidak ada kustomisasi tampilan. Sementara untuk pembalap ada kustomisasi tampilan berupa warna, decals, dan livery. Kedua karir tersebut bisa melakukan kustomisasi atas plat nomor mobil.

Warna merupakan salah satu hal yang bisa dikustomisasikan.
Fitur kustomisasi agak mengecewakan, karena para fans balap mobil biasanya ingin bisa mengkustomisasi mobil mereka secara menyeluruh seperti memberikan bemper baru, carbon hood, sideskirts, spoilers, dan sebagainya pada mobil mereka. Sayangnya, hal ini absen di Need for Speed: Rivals.

Tech Pursuit yang cenderung sadis untuk menghancurkan mobil lawan.
Sebagai gantinya, baik polisi maupun pembalap liar mendapatkan yang namanya Tech Pursuit, sebuah sistem untuk menyerang mobil lain. Ada Shockwave untuk mementalkan mobil di sekitar, ada EMP Blast, spikestrips dan sebagainya. Fokus pada Need for Speed: Rivals masih mirip dengan seri Burnout, menang dengan segala cara, termasuk menghancurkan mobil lawan menggunakan berbagai macam Tech Pursuit. Polisi pun menangkap para pembalap dengan excessive force, alias menghancurkan mobil mereka.
Dilihat dari kedua sisi, tampak bahwa menjadi polisi lebih mengasyikkan dibandingkan menjadi pembalap liar. Sebagai pembalap liar, pemain harus selalu melarikan diri apabila dikejar polisi, dan apabila tertangkap oleh polisi sebelum berhasil pulang, maka seluruh Speed Points (SP) berikut multiplier akan hilang sia-sia. Padahal Speed Points sangat penting sebagai mata uang untuk meng-upgrade mobil, membeli mobil, membeli Tech Pursuit, dan sebagainya.
Di lain pihak, sebagai polisi pemain tidak perlu membeli mobil karena langsung ter-unlock sendiri. Kekhawatiran hilangnya Speed Points juga sangat minim, kecuali ada pemain lain yang sengaja menghancurkan mobil polisinya.
Need for Speed: Rivals mengambil setting di Redview County, sebuah lokasi fiktif open-world yang memukau dan memiliki cuaca dinamis. Mobil-mobil dalam game ini tampil realistis, bisa kotor, dan rusak. Tampaknya EA mengimplementasikan sistem first-person shooter dalam game balapan ini karena semakin mobil rusak, maka tampilan layar akan menjadi semakin 'kotor'.

Cuaca dinamis.
Untuk memperbaiki mobil, pemain bisa melewati berbagai lokasi reparasi dan mobilpun akan langsung diperbaiki secara instan. Tidak masuk akal, namun untuk sebuah game bernuansa arcade, hal ini wajar untuk dilakukan agar tidak mengganggu flow dari balapan.
Lagu-lagu yang disediakan bervariasi, mulai dari lagu electronic rock hingga lagu-lagu hiphop. Namun yang seru adalah lagu gubahan Vanesa Lorena Tate ketika sedang terjadi kejar-kejaran dengan polisi. Need for Speed: Rivals juga memiliki cerita yang dinarasikan menggunakan voice acting, namun seperti game balapan lainnya, hal ini tidaklah penting.

Main beramai-ramai, baik jadi polisi ataupun jadi pembalap liar.
Dalam sebuah sesi Need for Speed: Rivals, apabila pemain terkoneksi ke Internet, maka sistem sosial bernama AllDrive akan menyala. Dengan sistem ini, pemain tidak akan balapan sendirian saja, melainkan akan bertemu dengan pemain-pemain lain secara online dengan maksimal pemain 6 orang.
Pembalap lain bisa ikut balapan bersama atau mengacau di balapan yang sedang dilakukan pemain lain. Bisa juga menjadi polisi untuk menangkapi pemain yang berkeliaran, termasuk yang sedang balapan. Inilah yang namanya single-player terintegrasi dengan multiplayer.
Jika pemain tidak ingin diganggu oleh pemain lain, bisa juga memainkannya secara offline. Dalam sesi offline, pemain tetap akan merasa berada di dunia penuh pembalap liar karena tetap akan ada AI pembalap liar yang suka menantang untuk balapan di tengah jalan serta mobil-mobil polisi yang siap menangkapi para pembalap liar.

Mau jadi polisi atau jadi pembalap?
Perlu dicatat bahwa Need for Speed: Rivals hanya memiliki dua tampilan saja, chase camera dan bumper camera. Chase camera tidak bisa disetel, dan berhubung kameranya cenderung terlalu dekat dengan mobil yang ukurannya cukup besar, maka pemain kadang-kadang akan kesulitan melihat ke depan, terutama kalau jalannya menanjak kemudian menurun.

Ghost Games berhasil menciptakan sebuah pengalaman balap mobil yang benar-benar unik, single-player namun digabungkan dengan multiplayer dimana sesama pemain bisa saling membantu ataupun saling mengacau. Main offline pun tetap terasa asyik dengan ramainya AI pembalap berkeliaran dan polisi yang selalu siaga.

Sayang mobil Jepangnya sangat minim...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar